Senin, 18 Desember 2017

いつも、大切に思ってるよ。

Malam ini di kotaku masih diguyur hujan.
Samar-samar bisa kurasakan bahwa turunnya hujan datang bersama dengan kenangan.
Kenangan yang masih terlihat samar-samar.

Aku mungkin tak akan mengingat kembali bagaimana caranya bertemu kamu, pertama kali.
Kupaksakan hati serta otak agar membencimu. 
Walau sebenarnya mereka tak ingin.
Menahan untuk berpura-pura tidak peduli ternyata sangat sakit. Sungguh.

Mungkin, rasaku bisa terkikis, sampai habis.
Sampai tak akan ada lagi sisa dari kenangan yang manis.

Aku tak pernah tahu jika melupakanmu bisa menjadi pekerjaan yang sangat sulit.
Andai, jika saat itu tidak kamu tawarkan janji-janji yang membuat hati ini melambung tinggi,
Mungkin, saat ini, untuk menyapamu saja tidak perlu memikirkan gengsi.

Tapi, sekali lgi.
Hatiku terlanjur jatuh.
Walau ku tahu, pada akhirnya akan seperti ini.
Tapi, tak pernah bosan aku berkata, 
Bersamamu adalah moment terbaik, dihidupku.

Aku tahu, kamu menyebalkan, bahkan di tingkat paling parah.
Aku tahu, kamu tidak seperti pria lainnya.
Ntah dengan pesona apa aku selalu terjatuh di hatimu, lagi... dan lagi.

Tuan,
Jika saja waktu bisa kuputar kembali,
Tak akan kuterima ajakanmu untuk kembali memulai kasih.
Sungguh, jika akhirnya akan seperti ini, lebih baik tak usah kembali setelah mengucap pergi.

Untuk yang kesekian kalinya juga, hatiku patah lagi.
Tapi kamu pasti tahu, apa yang akan terjadi.
Aku yang selalu merindumu dari pagi sampai dini hari.

Ku pasrahkan rasa dihati yang kian hari kian membunuh.
Ku pasrahkan hati ini dari utuh hingga sekarang menjadi layu.
Dan dengan bodohnya, kamu masih selalu ku anggap sebagai nomor satu.

Ku ucapkan perpisahahan sekali lagi.
Ntah selanjutnya, apakah akan masih cangggung seperti sekarang ini.
Ataukah akan hangat lagi seperti sebelum segalanya berubah.
Baik kamu atau aku,
Sepertinya sudah lupa cara untuk saling bertegur sapa.

Dan sekarang,
Akupun menjadi semakin samar.
Apakah aku masih mencintaimu seperti hari kemarin,
Atau rasaku sekarang telah melebur bersama angin.
Ntahlah.


Untuk kamu
Yang selalu tak mau kusebut dengan nama aslimu..

0 komentar: