Minggu, 24 September 2017

Menunggu atau Melupakan

"Ada yang bilang menunggu itu menyakitkan
Sementara yang lain bilang melupakanlah yang menyakitkan
Tapi yang paling menyakitkan adalah 
Tidak tahu apakah harus menunggu atau melupakan"

Mungkin, kalimat di atas benar-benar mewakili perasaanku saat ini. Antara menunggu atau melupakan.
Bahkan mungkin memang aku diposisi yang menyakitkan, yakni tidak tahu apakah harus menunggu atau melupakan.
Bukan tidak mencoba, bahkan untuk membunuh perasaanku saja, aku harus mencoba berbaagai cara.
Tidak bertegur sapa denganmu hampir membuatku gila.

Mungkin kamu melihatku baik-baik saja, seperti aku melihatmu yang demikian.
Namun, ada hal yang tak perlu kamu tahu. Perihal betapa bodohnya seorang gadis yang mati-matian ingin melupakanmu dengan berbagai cara dan upaya.
Selalu kubanyangkan kamu adalah pria jahat yang akan menyakitiku. Pria yang hanya datang dan singgah seperti angin lalu.
Selalu kubanyangkan kamu adalah sosok yang akan membuat hatiku terluka, lebih parah.

Namun, aku tak bisa terus menerus mengisi dan mendoktrin otakku dengan pikiran jahat seperti itu.
Kembali lagi, aku selalu mengingatmu sebagai sosok yang manis, bahkan disaat kamu hanya tersenyum tipis.
Kembali memori ku mengingat beberapa bulan yang lalu, sebelum semuanya menjadi jauh seperti ini.
Kalau boleh diulang waktu, mungkin aku hanya akan ingin ada di hari dimana aku masih bisa mendengar suara hangatmu, walau hanya sebatas diujung telepon.

Ntah berapa lama rasa yang ada ini hanya untuk kamu. Sampai batas waktu yang tidak ditentukan, akupun tak pernah tahu.
Mungkin orang lain akan menganggapku manusia bodoh, tetap menunggu walaupun sudah jelas akhir dari cerita ini akan seperti apa.
Menunggu ataupun melupakan, biarkan kuserahkan pada waktu.
Karena menurutku, waktu lebih berhak mengungkap akhir dari cerita ini.
Bahagia atau sedih, aku akan selalu bersyukur atas hasil akhir.

Aku yakin, ini semua pasti ada campur tangan Tuhan.
Ntah dengan tujuan apa Tuhan kembali mempertemukan kita.
Membuka luka lama kah, atau untuk membuka lembaran baru.
Tapi yang selalu kuyakini, rencana Tuhan selalu lebih baik dari prasangka umat-Nya.
Ia tidak akan membuatku menangis hanya untuk orang yang tidak pasti dan tidak baik untukku.

Setiap luka yang menganga, tidak akan sembuh kalau hanya dibiarkan. Luka tersebut perlu diobati agar sembuh dan tidak sakit lagi. Begitupun luka di hati (perasaan) seorang manusia.
Kamu yang terasa jauh sekarang, bahkan untuk menyapa saja aku takut. Takut kamu abaikan, takut kamu acuhkan.
Aku yakin, ada alasan tersendiri untuk kamu sengaja atau tidak untuk menjauh dariku. Apapun alasanmu, kelak aku harap aku bisa mendengar langsung dari mulutmu.

Terimakasih.
Kamu mungkin membuatku selalu merindu.
Tapi, berkatmu aku lebih tahu apa arti dari menahan rasa. Apa arti bertemu di saat yang tepat. Dan berkatmu, aku lebih sering bercerita lewat doa.
Aku yakin kamu sedang memantaskan diri untuk bertemu wanita yang lebih baik.
Dan aku sadar, aku hanya wanita akhir zaman yang banyak kekurangan. Karenamu, aku jadi lebih dekat dengan Tuhan.
Aku tak lagi risau akan kamu. Ku ikhlaskan hatimu kepada siapa akan berlabuh.

Begitupun hatiku, ku ikhlaskan hatiku ini kepada siapa akan jatuh hati. Kepada kamu atau kepada pria lain yang telah disiapkan-Nya untukku.
Aku disini terus memperbaiki diri agar dia yang jauh disana juga terus meperbaiki diri. Sebelum kami dipertemukan dalam cinta yang benar-benar halal.
Semoga kamupun tetap istiqomah di dalam hijrahmu.
Jika suatu hari ku tahu kamu dengan yang lain tanpa ikatan yang halal, tapi kamu meninggalkanku disaat aku sedang nyaman, ingatlat picture yang kamu kirim saat chat terakhir kita.
Pria sejati dan bertanggung jawab tak akan menjilat ludah sendiri bukan ?

Mari sekarang sama-sama sendiri karena perintah-Nya.
Ku yakin, jika kamu untukku, Tuhan pasti menjagakanmu untukku saja.
Tak perlu risau lagi akan perasaan, kuserahkan seutuhnya kepada Dia yang mempunyai kehidupan.
Ikhlas .. Hanya itu obat yang paling manjur disaat segala sesuatu berjalan tak sesuai dengan harapan...

Dari aku...
25Sep, 01:00

0 komentar: