Minggu, 27 Maret 2016

Bersamamu, aku bersyukur :)

Tak pernah henti aku mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepadaku. Apapun itu bentuknya, baik masalah, rezeki, ataupun kesehatan yang msh aku rasakan hingga detik ini. 
Berbicara tentang rasa syukur, hingga detik ini aku sangat mensyukuri telah dipertemukan dengan seorang pria yang bahkan kehadirannyapun tak pernah terpikirkan olehku.

Sosok pria yang jauh dari kata sempurna. Jauh dari kata gaul dan kaya raya, tapi sangat amat sederhana dalam perilaku dan juga tutur sapanya. Seorang pria yang mampu membuatku sangat menggilai setiap senyum yang terukir di wajahnya, dan juga mata coklatnya yang mampu membuatku sangat menyukainya. Tak terlalu berlebihan jika aku sangat memujinya, karna ekspektasiku
memang sesuai dengan kenyataanya.

Pria yang mampu menjadi pelangi dan hujan deras dimataku. Yang mampu membuat air mataku banjir jika merindukannya, dan mampu surut dengan cepatnya jika sudah bertemu dan bertatap langsung. Ahhhh... Kupikir ini benar-benar gila. Tak pernah aku merasakan semua rasa pada satu pria. Rasa amat sangat membencinya, jika sering hilang dan tidak memberi kabar, tapi, seketika itu juga mampu membuat ku tersenyum tiada hentinya ketika candanya mampu mencairkan keadaan yang beku dan kaku.

Pria yang mampu menundukkan kepalanya, ketika pertengkaran sedang menyapa. Pria yang selalu diam seribu bahasa ketika emosiku sedang berada dipuncaknya. Pria yang hanya memberikan senyuman khasnya, ketika aku berkata kasar, ketika aku selalu menyuruhnya pergi dan tak usah kembali. Pria yang mampu mendengar semua ocehan yang keluar dari mulutku, baik ataupun buruk, ia akan tetap mendengarkan, asalkan aku lega telah mengutarakan apa yang membuatku  marah. Pria yang sangat luar biasa, yang mampu meredam egonya demi suatu hubungan.

Menjengkelkan ! Itu pikirku dulu, aku selalu marah dan seakan menjadi pasangan yang paling egois di hubungan ini, apa yang aku utarakan, semua marahku, kesalku karna kelakuannya, hanya ditanggapi dengan diam dan tak keluar sepatah kalimatpun dari mulutnya, kecuali senyuman dengan mata yang memerah dan air mata yang hampir jatuh, tapi tertahankan. Aku tak pernah tahu apa yang ada dipikirannya, apa yang ia rasakan, menghadapi gadis yang egoisnya kadang kelewatan. Sampai dengan berjalannya waktu, aku semakin tahu jawaban dari pertanyaanku. Ia hanya tak ingin aku terluka, jika ia pun juga menuruti amarahnya, ia lebih memilih untuk mengalah. Mengecilkan semua masalah agar tidak menjadi semakin besar. Pria yang tak pernah aku temui di hubungan sebelumnya. Pria yang sabarnya tak dapat lagi ku utarakan dengan kata-kata. 

Sayang, akankah kamu selalu seperti ini ? Dengan senyum manis dan semua rasa sabarmu. Akankah kamu akan memperlakukanku seperti hari kemarin dan hari ini di hari yang akan mendatang ? Aku takut, jika suatu saat nanti aku tidak menganal dirimu lagi karna perubahan yang tak pernah kita duga. Aku sangat takut, jika suatu saat nanti kita akan berada di masa aku dan kamu tidak lagi mengenal dan bertegur sapa. Aku takut, jika nanti senyummu, sabarmu, dan sayangmu akan dimiliki orang lain, dan mungkin itu bukan aku lagi. 

Aku akan tetap menjadi egois seperti sekarang. Agar tak ada yang bisa memilikimu. Aku akan tetap menjadi egois, tak apa. Asal semua yang ada di dalam dirimu menjadi milikku seutuhnya, tak ada yang boleh memilikinya selain aku. Jahat memang, tapi bukankah cinta memang tak berlogika ? Jika rasa sudah seutuhnya milik kita, untuk apa kita harus memberi celah untuk orang lain menikmati rasa tersebut. 

Ahhh... Aku hanya berharap, jika Tuhan mengizinkan, biarkan aku yang mengurus dan mengeyangkan perutmu hingga tua nanti. Marilah kita menua bersama, beruban dan berkeriput. Marilah kita merasakan gangguan terindah yang akan kita rasakan, dengan suara tangisan anak kita yang tak kenal waktu, melihat pertumbuhan anak kita, berkurangnya usia kita, melambat nya jalan kita, marilah kita bertingkah seperti anak kecil lagi ketika sudah tua, hingga Tuhan berkata
, beristirahatlah  kalian.

Ekspektasiku ini tidak berlebihan bukan ? Dalam sujud terakhir dan doaku, aku selalu berharap bahwa pencarian dan penantianku akan berakhir dikamu. semoga kau pun begitu. 

Terimakasih, sedikit atau banyaknya telah menularkan rasa sabarmu untukku. Terimakasih untuk tidak pernah mengeluh dalam menghadapi semua sikap dan sifatku, yang mungkin jika dengan pria lain aku tidak akan bisa merasakan bahagia seperti sekarang. Yang jika dengan pria lain, hanya aku yang selalu mengalah dan sabar. Denganmu, aku bisa menjadi diriku sendiri, menjadi apa yang aku mau. Terimakasih, atas cinta dan sayang yang luar biasa hebat yang pernah aku rasakan. Bersamamu aku akan selalu bersyukur, dipertemukan olehmu adalah salah satu nikmat yang diberikan Tuhan untukku. 

Tetap lah menjadi pria yang kukenal saat ini. Masih banyak angan dan cita-cita kita berdua yang belum terealisasi. Aku akan mendukung pekerjaanmu, dan kamu mendukung proses pendidikanku saat ini. Mari kita dewasa bersama dan menyisihkan sebagian rezeki kita untuk mewujudkan sebuah ikatan yang lebih di ridhoi-Nya. Sekali lagi, terimakasih :)


Dari wanita 
yang selalu menguji kesabaranmu, Aku.

0 komentar: